A.
Pemuda
Pemuda
identik dengan sebagai sosok individu yang berada pada usia yang sangat
produktif dan mempunyai ciri karakter yang khas yaitu revolusioner, optimis,
berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan mencolok dari seorang
pemuda adalah kontrol dirinya sendiri dalam artian sangatlah emosional dan
tempramental, sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau
menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan
menjadi pelopor perubahan itu sendiri. Di dalam masyarakatpemuda merupakan satu identitas yang
potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa
siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Peran pemuda sangat dibutuhkan dalam
pembangunan. Seorang pemuda dituntut dapat merubah keadaan kearah yang lebih
baik bukannya memperburuk keadaan atau merusak tatanan yang telah ada.
Calon-calon pemimpin yang akan datang, tokoh masyarakat atau bahkan menjadi
panutan untuk orang lain.Kilas balik sejarah bangsa kita Indonesia. Bukan fisik
atau senjata menjadi tonggak awal kita merdeka tapi karena adanya inisiatif
atau kesadaran para pemuda zaman perjuang waktu itu kita merdeka.Adanya sikap
revolusioner dan motivasi diri maka pemuda saat itu bisa membawa negara kita
mencapai kemerdekaan. Berdirinya Bung Tomo telah menumbuhkan rasa kesatuan dan
persatuan rakyat indonesia. Ini artinya bahwa pemuda mampu menggapai apapun dan
mampu membuat sebuah perubahan yang luar biasa. Bung tomo adalah organisasi
perkumpulan pemuda yang pertama, lalu semangatnya telah memotivasi
pemuda-pemuda lain sehingga terbentuklah organisasi pemuda-pemuda yang lain
seperti jong java,jong sumatera, maupun jong-jong lainnya. Dalam sebuah
pidatonya, Soekarno pernah mengorbakan semangat juang Pemuda apa kata Sukarno
“Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”. Begitu besar peranan
pemuda di mata Sukarno, jika ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia menjadi
negara Super Power.
B.
Sosialisasi
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian
diri,bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi,baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Dan proses sosialisasilah
yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku
ditengah-tengah masyarakat dan lingkunga budayanya. Dari proses
tersebut,seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan
hidupnya. Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali
dan kemampuan untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau memgikuti norma yang
berlaku dimasyarakat. Ini tidak datang begitu saja ketika seseorang
dilahirkan,melainkan melalui proses sosialisasi.
Proses sosialisasi
banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang
bersangkutan, berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya, oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang,
kedirian (Self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya, kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “AKU” Atau “SAYA”
sebagai kedirian subyektif.
C.
Masalah Pada Pemuda
Banyak kasus yang
terjadi pada remaja saat ini , berikut contoh kasus kriminalitas yang terjadi
pada remaja :
Liputan6.com, Bandung - Yosep dan Bede, dua pemuda pengangguran asal
Bandung, itu harus berurusan dengan polisi setelah menjambret seorang wanita di
Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Jawa Barat. Seperti
ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (19/5/2014), kepada polisi Yosep mengaku
terpaksa menjambret karena butuh bekal untuk biaya jalan-jalan ke Karawang,
Jawa Barat, bersama teman geng motornya. Penangkapan kedua tersangka tersebut
berkat laporan korbannya yang langsung mendatangi polisi setelah kejadian.
Dalam aksinya, keduanya menyasar calon korban
perempuan yang berjalan sendirian. Setelah menemukan calon korbannya, keduanya
langsung memepet dan mengancam korbannya dengan senjata tajam. Dari tangan keduanya, polisi mengamankan barang bukti
berupa sebuah tas wanita, dan 9 telepon genggam hasil kejahatan. Selain itu, 2
bilah golok juga diamankan karena disinyalir digunakan untuk melakukan aksi
kejahatan. Keduanya kini mendekam
di sel tahanan Mapolsekta Regol. Mereka dijerat pasal berlapis soal pencurian
dengan kekerasan dan kepemilikan senjata dengan ancaman hukuman 9 hingga 15
tahun penjara.
Ulah para remaja yang
masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali mengusik ketenangan orang
lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu ketentraman lingkungan sekitar
seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura
seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi,
berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan
orang lain yang ada disekitarnya.
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
1.
Faktor Internal
a.
Krisis identitas
Perubahan biologis dan
sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi.
Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai
masa integrasi kedua.
b.
Kontrol
diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa
mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak
dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang
telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.
Faktor Eksternal
a.
Kurangnya perhatian dari orang tua,
serta kurangnya kasih saying
Keluarga merupakan unit
sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak.
Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada
perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat
sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab
timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga yang
berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi
konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan sumber yang
subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
b.
Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam kehidupan
berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu faktor
terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan
yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap
tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui
rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap
anak yang dilahirkan belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga
belum mengerti mana batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu
pembinaan moral pada permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan
latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik. Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua
melalui teladan yang baik berupa hal-hal yang mengarah kepada perbuatan
positif, karena apa yang diperoleh dalam rumah tangga remaja akan dibawa ke
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga
penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan
merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab
kesalahan dalam pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu
sendiri. Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu
melalui kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan
tentang keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk
perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
Banyak kasus yang
terjadi pada remaja saat ini , berikut contoh kasus kriminalitas yang terjadi
pada remaja :
Liputan6.com, Bandung - Yosep dan Bede, dua pemuda pengangguran asal
Bandung, itu harus berurusan dengan polisi setelah menjambret seorang wanita di
Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Jawa Barat. Seperti
ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (19/5/2014), kepada polisi Yosep mengaku
terpaksa menjambret karena butuh bekal untuk biaya jalan-jalan ke Karawang,
Jawa Barat, bersama teman geng motornya. Penangkapan kedua tersangka tersebut
berkat laporan korbannya yang langsung mendatangi polisi setelah kejadian.
Dalam aksinya, keduanya menyasar calon korban
perempuan yang berjalan sendirian. Setelah menemukan calon korbannya, keduanya
langsung memepet dan mengancam korbannya dengan senjata tajam. Dari tangan keduanya, polisi mengamankan barang bukti
berupa sebuah tas wanita, dan 9 telepon genggam hasil kejahatan. Selain itu, 2
bilah golok juga diamankan karena disinyalir digunakan untuk melakukan aksi
kejahatan. Keduanya kini mendekam
di sel tahanan Mapolsekta Regol. Mereka dijerat pasal berlapis soal pencurian
dengan kekerasan dan kepemilikan senjata dengan ancaman hukuman 9 hingga 15
tahun penjara.
Cara mengatasinya :
Pertama, Internalisasi atau penanaman nilai-nilai sosial
melalui kelompok informal atau formal. Lembaga-lembaga sosial, seperti keluarga
dan sekolah, adalah kekuatan yang dapat membatasi meluasnya geng motor.
Mekanisme pengendalian itu lazim disebut sebagai sosialisasi. Dalam proses
sosialisasi itu, setiap unit keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab
membentuk, menanamkan, dan mengorientasikan harapan-harapan,
kebiasaan-kebiasaan, serta tradisi-tradisi yang berisi norma-norma sosial
kepada remaja. Bahkan, hal yang harus ditegaskan adalah sosialisasi yang
bersifat informal dalam lingkup keluarga jauh lebih efektif. Sebab, dalam
domain sosial terkecil itu terdapat jalinan yang akrab antara orang tua dengan
remaja.
Kedua, penerapan hukum pidana yang dilakukan secara formal oleh
pihak negara. Dalam kaitan itu, aparat penegak hukum, seperti kepolisian,
pengadilan, dan lembaga pemenjaraan, digunakan untuk mengatasi geng motor.
Ketiga, deskriminalisasi yang berarti bahwa eksistensi geng-geng
motor justru diakui secara hukum oleh negara. Tentu saja, deskriminalisasi
bukan bermaksud untuk melegalisasi kejahatan, kekerasan, dan berbagai
pelanggaran norma-norma sosial yang dilakukan remaja. Deskriminalisasi memiliki
pengertian sebagai "kejahatan yang tidak memiliki korban". Prosedur
yang dapat ditempuh adalah pihak pemerintah dan masyarakat membuka berbagai
jenis ruang publik yang dapat digunakan kaum remaja untuk mengekspresikan
keinginannya, terutama dalam menggunakan kendaraan bermotor. Lapangan terbuka
atau arena balap bisa jadi merupakan jalan keluar terbaik.
Sumber