Pages

Jumat, 17 Oktober 2014

PEMUDA DAN SOSIALISASI

A.    Pemuda
Pemuda identik dengan sebagai sosok individu yang berada pada usia yang sangat produktif dan mempunyai ciri karakter yang khas yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan mencolok dari seorang pemuda adalah kontrol dirinya sendiri dalam artian sangatlah emosional dan tempramental, sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri. Di dalam masyarakatpemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Peran pemuda sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Seorang pemuda dituntut dapat merubah keadaan kearah yang lebih baik bukannya memperburuk keadaan atau merusak tatanan yang telah ada. Calon-calon pemimpin yang akan datang, tokoh masyarakat atau bahkan menjadi panutan untuk orang lain.Kilas balik sejarah bangsa kita Indonesia. Bukan fisik atau senjata menjadi tonggak awal kita merdeka tapi karena adanya inisiatif atau kesadaran para pemuda zaman perjuang waktu itu kita merdeka.Adanya sikap revolusioner dan motivasi diri maka pemuda saat itu bisa membawa negara kita mencapai kemerdekaan. Berdirinya Bung Tomo telah menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan rakyat indonesia. Ini artinya bahwa pemuda mampu menggapai apapun dan mampu membuat sebuah perubahan yang luar biasa. Bung tomo adalah organisasi perkumpulan pemuda yang pertama, lalu semangatnya telah memotivasi pemuda-pemuda lain sehingga terbentuklah organisasi pemuda-pemuda yang lain seperti jong java,jong sumatera, maupun jong-jong lainnya. Dalam sebuah pidatonya, Soekarno pernah mengorbakan semangat juang Pemuda apa kata Sukarno “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”. Begitu besar peranan pemuda di mata Sukarno, jika ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia menjadi negara Super Power.

B.     Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri,bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi,baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Dan proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkunga budayanya. Dari proses tersebut,seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan kemampuan untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau memgikuti norma yang berlaku dimasyarakat. Ini tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan,melainkan melalui proses sosialisasi.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan, berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya, oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang, kedirian (Self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya, kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “AKU” Atau “SAYA” sebagai kedirian subyektif.

C.     Masalah Pada Pemuda
Banyak kasus yang terjadi pada remaja saat ini , berikut contoh kasus kriminalitas yang terjadi pada remaja :
Liputan6.com, Bandung - Yosep dan Bede, dua pemuda pengangguran asal Bandung, itu harus berurusan dengan polisi setelah menjambret seorang wanita di Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Jawa Barat. Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (19/5/2014), kepada polisi Yosep mengaku terpaksa menjambret karena butuh bekal untuk biaya jalan-jalan ke Karawang, Jawa Barat, bersama teman geng motornya. Penangkapan kedua tersangka tersebut berkat laporan korbannya yang langsung mendatangi polisi setelah kejadian. Dalam aksinya, keduanya menyasar calon korban perempuan yang berjalan sendirian. Setelah menemukan calon korbannya, keduanya langsung memepet dan mengancam korbannya dengan senjata tajam. Dari tangan keduanya, polisi mengamankan barang bukti berupa sebuah tas wanita, dan 9 telepon genggam hasil kejahatan. Selain itu, 2 bilah golok juga diamankan karena disinyalir digunakan untuk melakukan aksi kejahatan. Keduanya kini mendekam di sel tahanan Mapolsekta Regol. Mereka dijerat pasal berlapis soal pencurian dengan kekerasan dan kepemilikan senjata dengan ancaman hukuman 9 hingga 15 tahun penjara. 

Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya.
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
1.      Faktor Internal
a.      Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b.      Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.


2.      Faktor Eksternal
a.      Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih saying
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
b.      Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan moral pada permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik. Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui teladan yang baik berupa hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif, karena apa yang diperoleh dalam rumah tangga remaja akan dibawa ke lingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri. Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu melalui kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
Banyak kasus yang terjadi pada remaja saat ini , berikut contoh kasus kriminalitas yang terjadi pada remaja :
Liputan6.com, Bandung - Yosep dan Bede, dua pemuda pengangguran asal Bandung, itu harus berurusan dengan polisi setelah menjambret seorang wanita di Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Jawa Barat. Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (19/5/2014), kepada polisi Yosep mengaku terpaksa menjambret karena butuh bekal untuk biaya jalan-jalan ke Karawang, Jawa Barat, bersama teman geng motornya. Penangkapan kedua tersangka tersebut berkat laporan korbannya yang langsung mendatangi polisi setelah kejadian. Dalam aksinya, keduanya menyasar calon korban perempuan yang berjalan sendirian. Setelah menemukan calon korbannya, keduanya langsung memepet dan mengancam korbannya dengan senjata tajam. Dari tangan keduanya, polisi mengamankan barang bukti berupa sebuah tas wanita, dan 9 telepon genggam hasil kejahatan. Selain itu, 2 bilah golok juga diamankan karena disinyalir digunakan untuk melakukan aksi kejahatan. Keduanya kini mendekam di sel tahanan Mapolsekta Regol. Mereka dijerat pasal berlapis soal pencurian dengan kekerasan dan kepemilikan senjata dengan ancaman hukuman 9 hingga 15 tahun penjara. 
Cara mengatasinya :
Pertama, Internalisasi atau penanaman nilai-nilai sosial melalui kelompok informal atau formal. Lembaga-lembaga sosial, seperti keluarga dan sekolah, adalah kekuatan yang dapat membatasi meluasnya geng motor. Mekanisme pengendalian itu lazim disebut sebagai sosialisasi. Dalam proses sosialisasi itu, setiap unit keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab membentuk, menanamkan, dan mengorientasikan harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, serta tradisi-tradisi yang berisi norma-norma sosial kepada remaja. Bahkan, hal yang harus ditegaskan adalah sosialisasi yang bersifat informal dalam lingkup keluarga jauh lebih efektif. Sebab, dalam domain sosial terkecil itu terdapat jalinan yang akrab antara orang tua dengan remaja.

Kedua, penerapan hukum pidana yang dilakukan secara formal oleh pihak negara. Dalam kaitan itu, aparat penegak hukum, seperti kepolisian, pengadilan, dan lembaga pemenjaraan, digunakan untuk mengatasi geng motor.

Ketiga, deskriminalisasi yang berarti bahwa eksistensi geng-geng motor justru diakui secara hukum oleh negara. Tentu saja, deskriminalisasi bukan bermaksud untuk melegalisasi kejahatan, kekerasan, dan berbagai pelanggaran norma-norma sosial yang dilakukan remaja. Deskriminalisasi memiliki pengertian sebagai "kejahatan yang tidak memiliki korban". Prosedur yang dapat ditempuh adalah pihak pemerintah dan masyarakat membuka berbagai jenis ruang publik yang dapat digunakan kaum remaja untuk mengekspresikan keinginannya, terutama dalam menggunakan kendaraan bermotor. Lapangan terbuka atau arena balap bisa jadi merupakan jalan keluar terbaik.

Sumber

Kamis, 16 Oktober 2014

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

A.    Individu
Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yng menjadi latar belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.

B.     Keluarga
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”.  Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu.
Keluarg inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut : 1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

C.    Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan hidup, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa, atau juga berlatar belakang dari berbagai suku. Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu masyarakat sederhana dan masyarakat maju (modern).

D.    Permasalah dalam Keluarga

Dalam keluarga orang tua selalu mengajarkan dan mendidik anak-anakna agar kelak dalam kehidupannya mampu bertindak dalam masyarakat. Mereka harus mengikuti norma-norma dan nilai social yang berlaku. Orang tua mendidik anaknya dengan norma-norma agama, kesopanan, adat istiadat dan norma-norma lainnya tentu memiliki tujuan. Tujuan mereka adalah agar anaknya kelak menjadi orang yang berguna, manusia yang berbudi luhur dan mampu bersosialisasi di masyarakat dengan baik.
Penyimpangan sosial yang terwujud dalam tindakan yang menyimpang, banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan kehidupan social di masyarakat. Suatu keluarga yang tidak harmonis, akan berpengaruh terhadap perilaku anak-anaknya. Misalnya, orang tua yang sering bertengkar didepan anak-anaknya, menyebabkan anak kehilangan pegangan dan frustasi. Hal ini mendorong si anak terjerumus pada tindakan-tindakan yang menyimpang seperti mabuk-mabukan, menggunakan narkoba dan bentuk –bentuk tindakan lainnya.
Beberapa factor yang menyebabkan sosialisasi dalam keluarga tidak berjalan dengan baik, sebagai berikut :
      1.      Anak selalu dimanjakan orang tua, anak yang berbuat salah selalu dibela dan dianggap benar. Akibatnya,    anak akan bertindak sesuka hatinya karena yang selalu diperbuat dianggap benar.
    2.   Orang tua selalu sibuk sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan perhatian dan kasih saying kepada anak.
      3.      Kedua orang tua selalu bertengkar dan tidak pernah harmonis.
      4.      Orang tua yang selalu keras dan mengekang anak. Anak tidak memiliki kebebasan sama sekali.
      5.      Perilaku orang tua yang menjadi panutan dalam keluarga tidak mencerminkan contoh yang baik.
Cara mengatasi masalah sosial dalam keluarga :
      1.      Pilih waktu untuk bicara
         Pilihlah waktu untuk bicara dengan keluarga, misalnya pasangan atau anak dengan tepat. Pilihlah waktu     yang sekiranya keluarga anda sedang santai.
      2.      Ungkapkan masalah dengan jujur
           Jangan pernah berpikiran bahwa keluarga tahu apa yang akan anda bicarakan. Oleh karena itu, bicarakan  sejelas dan sejujur mungkin tentang masalah yang ada.
      3.      Dengarkan
          Dengarkan apapun penjelasan atau ungkapan hati keluarga anda. Jangan menyela pembicaraan karena bisa menimbulkan kesalahpahaman.
      4.      Buat solusi
    Tujuan utama dari dilakukannya pembicaraan mengenai masalah keluarga ini adalah adanya solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
     Dalam sebuah keluarga, komunikasi merupakan hal yang sangan penting. Komunikasi yang terjalin baik antar anggota keluarga akan membuat hubungan keluarga semakin harmonis.

Sumber :


PENDUDUK, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Penduduk, masyarakat, dan kebudayaan adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama lain. Penduduk bertempat tinggal di dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu yang tertentu pula, dan berkemungkinan akan terbentuknya suatu masyarakat di wilayah tersebut. Demikian pula hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan, ini adalah hubungan dwi tunggal, yang merupakan kebudayaan adalah hasil dari masyarakat. Kebudayaan bisa terlahir, tumbuh, dan berkembang dalam suatu masyarakat, sebaliknya tidak ada suatu masyarakat yang tidak didukung oleh kebudayaan. Jadi, hubungan antara masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang saling menentukan.

1.    Penduduk adalah orang-orang yang mendiami suatu wilayah tertentu, menetap dalam suatu wilayah, tumbuh dan berkembang dalam wilayah tertentu pula.
2.  Masyarakat adalah suatu kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu, yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan karena memiliki pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur kehidupannya. Hal yang terpenting dalam masyarakat adalah pranata sosial, tanpa pranata sosial kehidupan bersama didalam masyarakat tidak mungkin dilakukan secara teratur. Pranata sosial adalah perangkat peraturan yang mengatur peranan serta hubungan antar anggota masyarakat, baik secara perseorangan maupun secara kelompok.
3.       Kebudayaan adalah hasil budi daya manusia, ada yang mendefinisikan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya manusia menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, sedangkan rasa mewujudkan segala norma dan nilai untuk mengatur kehidupan dan cipta merupakan kemampuan berpikir dan kemampuan mental yang menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan.

A.    Budaya Kekerasan di Masyarakat
Kekerasan di Indonesia terus berkembang dan sekarang sudah menjadi kebudayaan yang lazim di masyarakat. Beberapa kasus kekerasan yang sudah terjadi, misalnya kekerasan antara ormas. Hakikat kehadiran organisasi kemasyarakatan (ormas) merupakan perwujudan kebebasan berserikat dan berkumpul sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28 UUD 1945. Peran dan fungsinya lebih gamblang lagi dinyatakan dalam UU Nomor 8 Tahun 1985. Di dalam UU itu disebutkan salah satu fungsi ormas, yakni wadah penyalur kegiatan sesuai kepentingan anggotanya. Kepentingan disini salah satunya adalah jaminan keamanan. 
Secara umum ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kekerasan di masyarakat yaitu :
1.   Masalah penegakan hukum yang masih lemah. Tanpa penegakan hukum yang tegas dan adil, maka kekecewaan akan tumbuh di dalam masyarakat. Penegakan hukum yang diinginkan adalah yang adil, dalam arti tidak pandang siapapun orangnya, apakah ia berduit atau tidak, apakah orang kaya atau miskin, apakah berkuasa atau tidak, di depan hukum harus diperlakukan secara adil. Jika tidak, kekecewaan demi kekecewaan masyarakat lambat laun akan terakumulasi dan hanya menunggu momentum untuk meledak. Sedikit saja ada permasalahan, masyarakat menjadi cepat marah.
2.      Kesenjangan ekonomi. Masalah kesenjangan ekonomi terjadi di mana–mana di berbagai belahan dunia. Hanya yang berbeda adalah tingkat kesenjangannya. Semakin besar  pendapatan anggota masyarakat yang satu dengan yang lain, semakin potensial untuk mengoyak kestabilan dan keamanan wilayah atau daerah setempat. Kesenjangan ekonomi dapat dengan pasti menimbulkan kecemburuan sosial. Apalagi mereka yang terbilang kaya tidak peduli dengan mereka yang miskin yang ada di sekitarnya. Kecemburuan sosial inipun secara potensial membahayakan, karena sewaktu-waktu bisa tersulut membara menjadi tindakan anarkhis, hanya karena percikan api permasalahan yang kecil saja.
3.      Tidak adanya keteladanan dari sang pemimpin. Artinya, pemimpin mulai tidak seperti wacana: apa yang dilakukan berbeda jauh dengan apa yang dikatakan. Pemimpin melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji, mementingkan diri sendiri, dan keluar dari batas kewenangannya. Ketika terjadi permasalahan, maka masyarakat yang kehilangan figur keteladanan, menjadi bingung ke mana dan di mana tempat bertanya dan mengadu. Karena tidak ada yang pantas diteladani, maka mereka melakukan tindakan yang semaunya, yang seringkali tanpa pertimbangan.
4.   Provokasi dari pihak-pihak yang berkepentingan menjadikan bibit-bibit permasalahan yang ada agar menjadi besar. Di balik upaya-upaya mereka itu tentu ada maksud yang tersembunyi, mungkin dalam kaitannya dengan politik, seperti dalam rangka merebut kekuasaan dengan cara merusak image orang yang sedang berkuasa atau lawan politiknya, dan sebagainya. Bagi sebagian masyarakat yang kondisinya sudah ‘labil’ karena dihimpit oleh berbagai persoalan hidup, bukanlah tidak mungkin mereka dengan mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan destruktif tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka sedang diperalat.

B.     Upaya – upaya  yang mungkin bisa dilakukan untuk memperkecil angka kekerasan di masyarakat antara lain :
1.      penegakan hukum yang menghormati rasa keadilan masyakarakat. Ketegasan dan keberanian pihak penegak hukum sangat diperlukan. Fenomena hukum yang ‘diperjualbelikan’ harus disudahi.
2.      Di samping itu, perlu secara berkesimbungan memperkecil ekonomi antar wilayah, antar kelompok, dan antar anggota masyarakat. Ini, tentu saja bukan perkara gampang, karena sesungguhnya yang namanya ekonomi itu pasti ada di bagian wilayah manapun di dunia. Yang penting adalah bagaimana upaya pemerintah, swasta, dan seluruh komponen masyarakat untuk memperkecil sehingga dapat mengurangi kecemburuan sosial di samping berusaha meningkatkan solidaritas dan toleransi antar anggota masyarakat.
3.      Selanjutnya, para pemimpin, baik formal maupun informal, mesti melakukan introspeksi diri, sehingga dapat keluar dari kebiasaan lama yang kurang terpuji dan kembali menjadi teladan atau panutan yag baik bagi masyakarat yang dipimpinnya.
4.      Last but not least, masyarakat harus diperkuat mentalnya melalui berbagai siraman rohani dan pemahaman terhadap ketentuan hukum yang berlaku, sehingga lebih tangguh dalam menghadapi para provokator yang mungkin saja menyelinap diantara mereka tanpa disadari, baik secara fisik maupun secara ideologis (melalui pemikiran yang menyesatkan). Harus senantiasa diingatkan kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah yang rawan konflik, bahwa kekerasan itu tiada gunanya, semua pihak akan rugi, bagai kayu yang sama-sama habis terbakar: yang satu jadi abu, yang lain jadi arang.


Jumat, 10 Oktober 2014

SISTEM TERDISTRIBUSI

Sistem terdisitribusi merupakan kumpulan autonomous computers yang terhubung melalui sistem jaringan computer dan dilengkapi dengan system software tedistribusi untuk membentuk fasilitas computer terintegrasi.

Proses:

-          Dijalankan secara bersamaan (execute concurrently)
-          interaksi untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang sama
-          mengkoordinasikan aktifitas dan pertukaran informasi yaitu pesan yang dikirim melalui jaringan komunikasi


A.    Karakteristik Sistem Terdistribusi
Dalam system terdistribusi terdapat beberapa karakteristik yaitu :

1. No global clock
- Terdapat batasan pada ketepatan proses sinkronisasi clock pada sistem terdistribusi, oleh karena asynchronous message passing
- Pada sistem terdistribusi, tidak ada satu proses tunggal yang mengetahui global state sistem saat ini (disebabkan oleh concurrency dan message passing)

2. Independent failure
- Kemungkinan adanya kegagalan proses tunggal yang tidak diketahui
- Proses tunggal mungkin tidak peduli pada kegagalan sistem keseluruhan

3. Concurrency of components
- E.g. Beberapa pemakai browser mengakses suatu halaman web secara bersamaan.

B.     Model Sistem Terdistribusi

       1.      Client Server


Sistem client-server mempunyai satu atau lebih proses client dan satu atau lebih proses server, dan sebuah proses client dapat mengirim query ke sembarang proses server. Client bertanggung jawab pada antar muka untuk user, sedangkan server mengatur data dan mengeksekusi transaksi. Sehingga suatu proses client berjalan pada sebuah personal computer dan mengirim query ke sebuah server yang berjalan pada mainframe.
Arsitektur ini menjadi sangat popular untuk beberapa alasan. Pertama, implementasi yang relatif sederhana karena pembagian fungsi yang baik dan karena server tersentralisasi. Kedua, mesin server yang mahal utilisasinya tidak terpengaruh pada interaksi pemakai, meskipun mesin client tidak mahal. Ketiga, pemakai dapat menjalankan antarmuka berbasis grafis sehingga pemakai lebih mudah dibandingkan antar muka pada server yang tidak user-friendly. perlu diingat batasan antara client dan server dan untuk menjaga komunikasi antara keduanya yang berorientasi himpunan. Khususnya membuka kursor dan mengambil tupel pada satu waktu membangkitkan beberapa pesan dan dapat diabaikan.

       2.    Multiple Server

Service disediakan oleh beberapa server. Server menggunakan replikasi atau database terdistribusi. Tujuannya untuk  kehandalan.
Contoh : sebagian besar layanan web komersial diterapkan melalui server fisik yang berbeda
       3.      Proxy Server
Proxy server menyediakan hasil copy (replikasi) dari resource yang di atur oleh server lain. Biasa nya proxy server di pakai untuk menyimpan hasil copy web resources. Ketika client melakukan request ke server, hal yang pertama dilakukan adalah memeriksa proxy server apakah yang diminta oleh client terdapat pada proxy server. Proxy server dapat diletakkan pada setiap client atau dapat di pakai bersama oleh beberapa client. Tujuannya adalah meningkatkan performance dan availibity dengan mencegah frekwensi akses ke server.
       4.      Peer to Peer
Bagian dari model sistem terdistribusi dimana sistem dapat sekaligus berfungsi sebagai client maupun server. Sebuah arsitektur di mana tidak terdapat mesin khusus yang melayani suatu pelayanan tertentu atau mengatur sumber daya dalam jaringan dan semua kewajiban dibagi rata ke seluruh mesin, yang dikenal sebagai peer. Pola komunikasi yang digunakan berdasarkan aplikasi yang digunakan. Peer-to-peer merupakan model yang paling general dan fleksible.
C.    Permasalah Sistem Terdistribusi
Masalah dengan sistem terdistribusi yang dapat dimunculkan antara lain berkaitan dengan :
       1.      Software - bagaimana merancang dan mengatur software dalam Distribusi Sistem
       2.      Ketergantungan pada infrastruktur jaringan
       3.      Kemudahan akses ke data yang di share, memunculkan masalah keamanan
Dalam setiap penggunaan suatu sistem, banyak sekali ditemui permasalahan – permasalahan yang muncul, begitu juga dengan sistem terdistribusi. Selain permasalahan – permasalahan yang akan dihadapi terdapat tantangan – tantangan dalam sistem terdistribusi.
      D.    Tantangan Sistem Terdistribusi
Tantangan yang ada dalam Sistem Terdistribusi yaitu :
      1.      Keheterogenan komponen (heterogenity)
      2.      Keterbukaan (openness)
      3.      Keamanan (security)
      4.      Scalability
      5.      Penanganan kegagalan (failure handling)
      6.      Concurrency of components
      7.      Transparansi

      1.      Keheterogenan

-          Suatu sistem terdistribusi dapat dibangun dari berbagai network, operation system hardware dan programming language yang berbeda.
-          IP dapat digunakan utk mengatasi perbedaan jaringan.
-          Middleware mengatasi perbedaan lainnya.

      2.      Keterbukaan
-          Mendukung extensibility.
-          Setiap komponen memiliki antarmuka (interface), yg di-publish ke komponen lain.
-          Perlu integrasi berbagai komponen yg dibuat oleh programmer atau vendor yg berbeda.

      3.      Keamanan
-          Shared resources & transmisi informasi rahasia perlu dilengkapi dengan enkripsi.
-          Cegah denial of service.

      4.      Scalability
-          Penambahan pemakai membutuhkan penambahan resource yg konstan.
-          Cegah bottleneck. Jika perlu, gunakan replikasi.

      5.      Penanganan Kegagalan
-          Setiap proses (komputer atau jaringan) dapat mengalami kegagalan secara independen.
-          Komponen lain harus tetap berjalan dgn baik.

      6.      Concurrency
-          Multiple users with concurrent requests to a shared resources.
-          Setiap resource hrs aman di lingkungan tersebut di atas.

      7.      Transparansi

Transparan: bagi pemakai, keberadaan beberapa komponen tampak sebagai satu sistem saja.

       -          Access transparency:
Local & remote resources dapat diakses dengan operasi yg sama.

       -          Location transparency:
Resource dapat diakses tanpa tahu di mana lokasinya.

       -          Concurrency transparency:
Beberapa proses dapat sama-sama menggunakan suatu resource tanpa saling interferensi.

       -          Replication transparency:
Pemakai maupun pemrogram aplikasi tidak perlu mengetahui adanya replikasi resource, yang dapat meningkatkan kehandalan dan unjuk kerja.

       -          Failure transparency:
Pemakai dan pemrogram aplikasi dapat menyelesaikan tugasnya walaupun ada kegagalan hardware atau software.

       -          Mobility transparency:
Resource dan klien dapat berpindah tanpa mempengaruhi operasi pemakai atau program.

       -          Performance transparency:
Sistem dapat dikonfigurasi ulang untuk meningkatkan unjuk kerja, sejalan dengan perubahan beban sistem.

       -          Scaling transparency:
Sistem dan aplikasi mudah bertambah luas tanpa perubahan struktur sistem dan algoritma aplikasi.